Salon Symphony Surabaya, Sediakan Puluhan Wanita Cantik Siap 'Dieksekusi'
Jurnalis : Handoko
Wanita seksi nan cantik berjajar rapi di salon Symphony. JurnalMojo/Handoko |
SURABAYA (jurnalmojo.com) - Beberapa hari kemarin Pemprov DKI Jakarta resmi mengumumkan penolakan atas daftar ulang Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) yang diajukan Hotel Alexis dan Griya Pijat Alexis. Maka sejak itulah, semua aktivitas di Hotel Alexis dan Griya Pijat Alexis ditutup.
Keberanian Anies Baswedan patut diacungi jempol. Namun yang jadi pertanyaan, apakah bisa dilakukan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Kendati begitu, Risma sendiri memiliki catatan positif dan cukup mentereng dalam menutup lokalisasi terbesar se - Asia Tenggara, yakni Dolly. Bahkan penutupan tersebut menjadi acuan sejumlah kepala daerah lain untuk menutup lokalisasi.
Namun apakah nyali Bu Risma berani menindak tegas untuk menutup panti pijet Symphony yang berada disebuah gang di Jalan Tunjungan Surabaya.
Ironisnya, di wilayah Tunjungan itu diduga kuat masih ada kegiatan bisnis esek-esek, seharusnya Pemkot Surabaya harus lebih berani bersikap tegas, bila ada penyalahgunaan surat izin yang diberikan untuk usaha.
Dari penelusuran jurnalmojo.com, sejumlah data yang didapat tentang permohonan izin, seharusnya ijin usaha Symphony hanya untuk usaha salon, namun kenyataannya malah jadi ajang prostitusi terselubung.
Jika ingin mengetahui Symphony coba browsing di internet, dengan nama Symphony Surabaya, yang muncul sebagai usaha salon di Jalan Tunjungan. Namun ketika masuk, jangan berharap ada tukang potong rambut atau kapster di situ, yang terlihat adalah puluhan wanita berjejer di sofa, dengan pakaian minim dan seksi menjadi pertanda bahwa Symphony bukan salon biasa-biasa.
Dengan kondisi seperti itu, justru menjadi kepuasan tersendiri bagi para lelaki hidung belang. Jelas, bahwa para wanita itu diduga kuat sebagai pelayan nafsu yang siap diorder siapa saja, yang mau merogoh koceknya lebih dalam.
Informasi dari sejumlah sumber, praktik prostitusi itu sudah berlangsung puluhan tahun, menjadi bukti bahwa pemiliknya mampu menjaga kesinambungan usaha mesum tersebut.
Tarif yang dibandrol untuk sekali masuk kamar di symphony untuk dapat layanan esek-esek sebesar Rp 600 ribu hingga lebih. Dan itu pun tidak termasuk tips atau tambahan untuk si perempuan yang menemani.
Kamar bersih yang rapi juga disiapkan lengkap dengan segala yang diperlukan, seperti sabun dan handuk. Bahkan untuk pengaman hubungan intim, sudah disiapkan alat kontrasepsi alias Kondom. Sementara itu di pintu masuk salon Symphoni terdapat CCTV.
Tarif layanan yang tidak murah itu, tentu saja laki-laki hidung belang mendapat layanan yang lebih. Terlebih jika si wanita diberi tips atau tambahan uang yang banyak, maka akan dimanjakan bak seorang raja.
Dengan adanya fenomena di kota pahlawan itu, mampukah Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berani bertindak tegas untuk menutup Symphony. Pasalnya, bisnis tersebut sudah menyalahi aturan Perda Pemerintah Kota Surabaya. Apakah sama halnya dengan Alexis yang menjadi bagian penting dalam strategi demi menabung modal politik.
MR (50) salah satu pengunjung Symphony asal Kota Mojokerto membenarkan, jika Salon Symphony merupakan bisnis prostitusi terselubung yang berkedok usaha salon. Menurut MR, beberapa tahun lalu dirinya sempat berkunjung ke Symphony untuk mencari kepuasan sesaat.
"Pelayanannya sangat profesional, bahkan manajemen menghormati betul para tamu. Jika ada pegawai yang servisnya tidak memuaskan dan pengunjung komplain, pihak manajemen bisa bertindak tegas yakni dengan memecat pekerjanya," kata MR saat ditemui JurnalMojo, Kamis malam.
Meski sudah beberapa tahun terakhir berkunjung, bagi MR, para tamu terbilang orang-orang berduit. Ia mengakui, jika pengunjung masuk ke Symphony hanya untuk mencicipi kemolekan tubuh pekerja salon yang mayoritas seksi dan berparas cantik.
"Banyak tamu yang berdasi. Bahkan, tak sedikit pula tamu yang diduga kuat sebagai pejabat, mereka hanya sekedar untuk melepas penat setelah seharian bekerja," kata pria bermata sipit.
Bagaimana cara untuk memesan pegawai Symphony, dengan detail MR menjelaskan, bahwa ketika masuk pandangan matanya sudah tertuju pada deretan wanita cantik yang duduk di sofa. Begitu ada feeling dengan salah satu wanita Symphony, MR hanya order melalui maminya.
"Saat itu juga, mami menghubungi salah satu wanita yang kita pilih. Selanjutnya kita membayar melalui kartu atm di kasir. Setelah pembayaran beres, saya langsung menuju ke ruang berendam sauna baru kemudian eksekusi," pungkas MR. Sementara itu, belum ada keterangan resmi dari pihak manajemen Symphony tentang dugaan prostitusi terselubung tersebut. (han/yus/jek)