Tukang Sol Sepatu Keliling, 25 Tahun Keluar Masuk Kampung
Pak Wanto saat memperbaiki payung |
JOMBANG ( jurnalmojo.com ) - Lebaran kurang dua hari lagi, mayoritas warga muslim, saat ini sibuk berbelanja aneka kebutuhan untuk lebaran. Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi Pak Wanto (45), warga Dusun Mejoyo RT 04 RW 03, Desa Losari, Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang. Bapak tiga anak ini, masih setia bekerja dengan profesi sebagai tukang sol sepatu keliling memakai sepeda onthel.
Pak Wanto menekuni pekerjaan itu, sejak usia muda hingga saat ini, dirinya masih konsisten menjalani profesi lebih dari 25 tahun. Jika kita ingat, di era 1990-an, ketika kita masih duduk di bangku sekolah dasar, tak sulit menemukan tukang sol sepatu keliling.
Untuk mencari konsumen, tukang sol sepatu selalu membawa dua kotak, yang kotak di atas salah satu kotaknya ada beberapa sepatu. Tukang sol sepatu biasanya memikul dua kotak tersebut, dengan pikulan yang terbuat dari bambu. Sekarang, mereka sangat jarang ditemui menjajakan jasa keliling.
Tukang sol sepatu adalah seseorang yang menjual jasa memperbaiki alas kaki, sepatu dan sandal. Prosesnya, biasanya dengan mengelem bagian-bagian yang rusak, biasanya bagian bawah.
Lalu, menjahitnya dengan benang dan sebuah alat besi. Mereka membentuk pola jahit yang bisa membuat bagian-bagian yang rusak tadi menjadi kuat kembali, atau tertutup jika alas kaki sudah "mengangga."
Jika mangkal, tukang sol tak harus keliling kampung-kampung. Mereka cukup menunggu. Dengan begitu, waktu pun relatif bisa diminimalisir. Begitu pula dengan ongkos yang harus dikeluarkan konsumen.
Lelaki separo baya ini, masih mengerjakan satu pasang sepatu dan satu payung. Dia mengaku, menjadi tukang sol sepatu sekarang ini penghasilannya tak menentu. Berangkat dari rumah mulai pukul 07:00 wib hingga 17:00 wib, jika ramai sampai rumah pukul 20:00 wib.
Kotak tempat peralatan sol sepatu yang selalu dibawa Pak Wanto |
"Rata-rata mendapat Rp. 50-60 ribu perhari mas. Kadang kalau ramai bisa sampai Rp. 120 ribu sehari. Biasanya hari libur rame," kata Pak Wanto kepada Jurnalmojo.com, Jum'at (23/6/2017).
Dia mengatakan, sepasang sepatu yang diperbaiki (dijahit) kena biaya Rp 10 ribu. Cukup murah untuk hanya menjahit dan lem saja. Untuk sepatu yang kerusakannya parah, harganya bisa lebih mahal.
"Keahlian saya cuma jahit sepatu. Ya, yang penting cukup buat makan harian aja," kata dia dengan tersenyum.
Selain tukang sol sepatu, masih banyak profesi-profesi lain yang dahulu keliling dari kampung ke kampung, sekarang jarang kita temui lagi. Jika disebutkan, ada tukang patri yang menjajakan jasa menambal panci bolong, tukang cukur keliling yang rajin membawa kursi lipat dan tas jinjing. (ye/jek)